MENGENAL AIB DIRI MENGIKUT KAEDAH IMAM GHAZALI
Kebanyakan manusia lupa pada aib yang melekat pada dirinya sendiri. Mereka juga menutup mata atas kekurangan yang ada. Sebaliknya, manusia selalu mengganggap dirinya lebih baik dibandingkan orang lain.
Mengenal aib diri bererti menyedari kesempurnaan mutlak hanyalah milik Allah SWT. Sedangkan, kemaksuman hanya dipunyai oleh Rasulullah SAW. Kita tidak lebih dari seorang manusia yang diliputi kekurangan, baik dari sisi ilmu maupun amal. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap anak Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (mahu) bertaubat." (HR Tirmidzi).
Imam Ghazali pernah berkata, "Kehidupan seorang Muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap.
Tahap-tahap itu, antara lain, taubat, sabar, fakir, zuhud, tawakkal, cinta, makrifat, dan redha. Justeru, seorang mukmin wajib mendidik jiwa dan akhlaknya. Sementara, hati adalah cermin yang sanggup menghayati makrifat, kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan jernih. Imam Ghazali juga mengatakan, "Siapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat di capai melalui 5 kaedah.
1. Duduk di hadapan seorang guru yg mursyid yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi di dalamnya. Kemudian, ia memasrahkan dirinya kepada guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu.
Ini adalah keadaan seorang murid dengan gurunya. Guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara penyelesaiannya. Tapi pada zaman sekarang guru seperti ini agak sukar di dapati.
2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki basiroh (mata hati yang tajam), dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan zahirnya sehingga ia dapat memperingatkannya. Kaedah inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka, dan para pemimpin agama.
3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan orang yang membencinya. Biasanya, pandangan yang penuh kebencian akan menyingkap keburukan seseorang. Umumnya, manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji, dan menyembunyikan aib-aibnya.
Namun, sudah menjadi watak manusia untuk menidakkan ucapan musuhnya dan menganggapnya sebagai ungkapan kedengkian. Akan tetapi, orang yang mempunyai mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
4. Bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, ia segera menganggap dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian, ia paksa dirinya untuk segera meninggalkan sifat yg tercela itu. Seorang mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain, ia akan melihat aib-aibnya sendiri.
5. Sedari betapa pendeknya umur. Andai kita berumur seratus tahun sekalipun, umur itu pendek jika dibandingkan dengan masa hidup kelak di akhirat yang abadi. Justeru, lihatlah aib sendiri se belum menilai aib orang lain.
No comments:
Post a Comment